Senin, 25 Juli 2011

Hub. Stres dgn Berat Badan Turun dan Obesitas

Lalu apakah stress selalu menyebabkan obesitas? Jawabannya adalah iya, tapi tidak semua orang. Sebagian orang kehilangan nafsu makan dan berat badan ketika mereka stress. Namun umumnya orang stress sering menyebabkan kegemukan. Hal ini akan menyulitkan seseorang untuk mempertahankan berat atau menurunkan berat badan.
Stress adalah respon dari berbagai jenis tekanan, dapat berupa tekanan fisik atau tekanan mental. Ketika seseoarang mengalami stress maka tubuh akan mengeluarkan 2 jenis hormon yang akan dilepaskan ke dalam darah sebagai bentuk reaksi terhadap, yaitu hormone adrenalin dan kortisol. Kedua jenis hormon ini berfungsi pada saat keadaan gawat/emergency, yang butuh tindakan penyelamatan yang cepat.
Lalu bagaimana stress dapat menyebabkan obesitas?
Hal ini di sebabkan karena peran dari hormon kortisol (dikenal sebagai hormon stress) yang berfungsi untuk mempercepat proses matabolisme karbohidrat, lemak dan protein untuk diubah menjadi gula darah sehingga kadar gula darah meningkat. Pada saat gula darah meningkat inilah tubuh merespon untuk mengubahnya kembali menjadi lemak yang kemudian akan disimpan dalam tubuh. Sehingga terjadi penimbunan lemak. Jumlah hormon kortisol yang dilepaskan tiap orang berbeda-beda, semakin tinggi hormon kortisol yang dilepaskan semakin tinggi kecenderungan seseorang makan lebih banyak, sehingga jangan heran jika seseorang stress cenderung makan lebih banyak. Inilah penyebabnya, karena hormone kortisol yang dilepaskan tinggi.
Di satu sisi, stress juga dapat menyebabkan proses pembakaran kalori menjadi berkurang. Akibatnya kalori yang ada di dalam tubuh, akan diubah menjadi lemak. Selain itu stress juga menyebabkan kelainan perubahan emosi, dimana seseorang akan merasa lebih nyaman dengan makan apa saja yang ia dapatkan. Tentu saja akan menyebabkan seseorang akan menjadi lebih gemuk karena nafsu makannya meningkat (Asrul, 2011b).
Berdasarkan penelitian terbaru di Inggris, tidak ada hubungan signifikan antara stres yang diderita dan naiknya berat badan.. Mereka menganalisis 32 studi yang sudah diterbitkan sebelumnya dan menemukan bahwa mayoritas studi tidak menunjukkan hubungan antara tingkat stres dan penambahan berat badan seseorang selama beberapa tahun.
Beberapa penelitian difokuskan pada tingkat stres peserta di tempat kerja, sementara yang lain mengukur tingkat stres dalam kejadian yang umum terjadi dalam kehidupan, meliputi trauma besar seperti mengalami penyakit serius atau perceraian dan masalah kehidupan sehari-hari.
Secara keseluruhan, para peneliti mengemukakan, 69 persen dari studi tersebut tidak menemukan adanya hubungan yang jelas antara tingkat stres dan berat badan. Sekitar 25 persen studi mengaitkan tingkat stres yang lebih tinggi dengan penambahan berat badan yang lebih banyak, dan 6 persen sisanya menemukan bukti bahwa tingkat stres yang lebih tinggi terkait dengan penurunan berat badan dari waktu ke waktu (Anonimus, 2011c).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar